Ayat Pilihan

Senin, 30 November 2009

Qurban

Hari Raya Idul Adha baru saja berlalu dengan berbagai kesan dan kenangan yang beraneka ragam bagi setiap orang khususnya ummat Islam. Tak jarang kita bertemu hari istimewa ini dengan biasa saja (baca: tanpa perasaan istimewa). Padahal Allah tidak sekali-kali memerintahkan sesuatu TANPA ada hikmah dibalik perintah itu.

Allah memerintahkan kita untuk meneladani kisah hidup seorang kekasih-Nya yaitu Ibrahim a.s. Betapa keikhlasan dan keistiqomahan beliau dalam menjalankan perintah Allah yang jauh melebihi kecintaan terhadap keluarga bahkan seluruh kehidupan dunianya. Karena itulah, kita diperintahkan untuk meneladani dan menyusuri jejak-jejak beliau dengan menjalankan menunaikan ibadah haji dan berkorban.

Persoalan berikutnya yang mesti kita jawab sekarang adalah apakah kita telah menjalankan syariat itu? apakah kita benar-benar berupaya meneladani kisah hidup kholilullah?

HAri RAya Kurban = Waktunya Pesta?

Pernahkah kita mengamati dan bertanya pada diri sendiri, apakah sebenarnya idul adha bagi kita? Apakah Idul adha yang kita pahami juga sama dengan idul adha yang kita laksanakan/rayakan?

Beberapa waktu terakhir ini, penulis merasakan perayaan idul adha dengan memotong hewan kurban sedikit kehilangan semangat idul adha itu sendiri.
pada hari ini, semestinya kaum papa menikmati sepotong daging yang disedekahkan oleh kaum punya. pada hari ini, semestinya kaum punya dengan penuh semangat mendermakan sedikit hartanya untuk bersedekah kepada si papa. pada hari ini semestinya penikmat daging libur sejenak dari lezatnya daging dan giliran kaum papa untuk "pesta kecil tahunan" menikmati enaknya sate kambing dan gulai daging.

hati ini trenyuh melihat tayangan di televisi yang mengabarkan berbagai kejadian tragis yang menimpa mustahik yang mengantre/menunggu sekerat daging yang diidamkan. Dalam hatiterbersit keheranan dan bingung "apa ada yang salah dengan umat ini???" Ummat begitu semangat untuk meminta bagian daging kurban (sebagaimana BLT). APakah sudah sedemikian menderitanya mereka sehingga sangat merindukan rasanya daging? ataukah terjadi penurunan iffah

Disisi lain sebagian umat yang sudah mampu menikmati daging juga menikmati daging seolah-olah selama setahun ini belum sempat merasakannya. Penulis juga menanyakan pada diri sendiri, sudahkah saya menempatkan diri pada posisi yang semestinya.

Karena itu, apresiasi patut diberikan kepada lembaga-lembaga yang mencoba mendistribusikan hewan kurban secara lebih merata agar dapat dijangkau masyarakat yang berhak secara lebih luas. Penulis pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti cara tersebut dengan mengirim dana untuk membeli hewan kurban di kampung yan ginsya ALlah lebih membutuhkan.

Semoga Allah SWT meridhoi dan menerima amal kita..Amiin.